Pages

Subscribe:

Minggu, 19 Februari 2012

Senin, 13 Februari 2012

"WAJIK KLETIK IBU PRAJITNO"


Wajik kletik merupakan produk makanan olahan yang terbuat dari ketanputih, kelapa, gula putih dan gula merah. Wajik kletik telah mendapattempat di masyarakat Blitar khususnya, karena harganya yang murah,rasanya yang enak, sehingga wajik kletik menjadi salah satu produkunggulan makanan khas Blitar, disamping itu yang menjadikan wajikkletik menjadi lebih khas karena dibungkus dengan klobot. Sentraindustri ini terletak di Jl. Sultan Agung dekat dengan Ndalem gebangKelurahan Sananwetan, Kecamatan Sananwetan Kota Blitar ( + 1 kilometerkearah timur dari pusat Kota Blitar )

Dalam Pembuatannya Wajik Kletik tidak menggunakan bahan
pengawet berbentuk apapun, dikarenakan itu wajik kletik di gemari oleh warga blitar.
dan terdapat pula beberapa macam rasa seperti :

* Wajik Kletik Rasa Original
* Wajik Kletik Rasa Nanas
* Wajik Kletik Rasa Kacang Hijau
* Wajik Kletik Rasa Ketan Hitam

Anda bisa membeli wajik kletik dan berbagai macam oleh - oleh khas Jawa Timur di toko O'ODABLI yang beralamat di :
* Jl. Sultan Agung 1/24 Sananwetan, Blitar, Indonesia. telp. 0342 - 802524
* Jl. Dr.Ismail no. 3 Sananwetan, Blitar, Indonesia. telp. 0342 - 810078


OJO LALI NJAJAL BRO..
ENAK TENAN IKI..

Selasa, 07 Februari 2012

"THIS IS FOOTBALL"

Penulis : Dhanu Kusumawardhana

Siapa yang tidak tau tentang sepak bola ?
sepak bola adalah olahraga terpopuler di dunia, yang digemari oleh banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan. Permainan sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola kulit berukuran 27-28 inci.
Banyak hal yag terjadi di dalam pertandingan sepak bola, bahkan ada pepatah mengatakan "BOLA ITU BUNDAR! DI DALAM LAPANGAN SEPAK BOLA APAPUN BISA TERJADI".

Kamis, 02 Februari 2012

"Tidur saat rapat DPR" -,-

Kalau begini terus kapan Indonesia bisa maju ??




7 Manfaat Kayu Manis Bagi Kesehatan

Kayu manis merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang biasa digunakan sebagai bumbu dalam berbagai jenis makanan karena memiliki aroma dan rasa yang enak. Namun, tidak hanya aromanya yang menggoda, ternyata kayu manis juga memiliki manfaat tersendiri bagi kesehatan. Seperti yang dilansir Care2, berikut tujuh manfaat kayu manis bagi kesehatan :

1. Mengontrol Gula Darah
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kayu manis ternyata dapat mengatur kadar gula darah sehingga kayu manis merupakan makanan yang tepat untuk para penderita diabetes dan hypoglycemic. Kayu manis juga dapat menstabilkan suasana hati dan energi dalam tubuh.

2. Mengurangi Kadar Kolesterol Jahat
Kayu manis dapat mengurangi kadar kolestrol jahat (LDL). Selama ini, LDL dikenal berbahaya bagi tubuh karena bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke dan obesitas. Dengan mengonsumsi kayu manis, Anda juga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

3. Anti Infeksi
Kayu manis memiliki komponen anti-infeksi yang natural. Dalam beberapa penelitian, kayu manis terbukti efektif menghilangkan bakteri H. pylori yang dapat menyebabkan sakit maag, dan beberapa jenis penyakit lainnya yang disebabkan bakteri.

4. Meringankan Sakit pada Penderita Rematik
Kayu manis dapat mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh rematik. Dalam penelitian yang dilakukan di Department of Internal Medicine menunjukkan, kayu manis juga dapat mengurangi sitokin (protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur imunitas, inflamasi dan hematopoesis) yang dapat menyebabkan rematik.

5. Mencegah Pertumbuhan Sel Kanker
Penelitian di University of Texas menunjukkan bahwa kayu manis dapat mengurangi proliferasi sel kanker. Tidak hanya itu, kayu manis juga menjadi salah satu rempah yang dapat menyembuhkan kanker.

6. Obat Serbaguna
Kayu manis dapat dijadikan pengawet makanan yang alami, selain itu juga mengandung serat, kalsium, zat besi dan mangan yang terbukti efektif mengurangi nyeri saat haid atau melahirkan. Ia memiliki kandungan natural yang disebut cinnamaldehyde yang dapat menyeimbangkan hormon - meningkatkan hormon progesteron dan mengurangi hormon testosteron pada wanita.

7. Pengobatan Alzheimer
Para peneliti di Cytokine Research Laboratory, Department of Experimental Therapeutics, University of Texas juga telah mengembangkan kayu manis sebagai salah satu rempah yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit neurodegenerative seperti Alzheimer, Parkinson, multiple sclerosis, tumor otak, dan meningitis. Penelitian di tempat yang sama juga menunjukkan bahwa kayu manis bisa mengurangi peradangan kronis terkait dengan gangguan neurologis.

Selasa, 31 Januari 2012

"20 + 1 Hal Yang Mungkin Tidak Anda Ketahui"

Penulis: BAMBANG PAMUNGKAS

Bambang Pamungkas adalah sebuah pribadi yg boleh dikatakan cukup jauh dari pemberitaan, baik pemberitaan di media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu mungkin masyarakat tidak begitu mengenal dan mengerti dengan sosok Bambang Pamungkas yg sebenarnya. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, sering kali menimbulkan persepsi yg salah dari masyarakat mengenai diri saya...

Seperti yg pernah saya sampaikan dalam tampilan lama halaman pembukaan website ini (www.bambangpamungkas20.com), saya pernah menulis sebagai berikut:

"Website ini akan menjadi media bagi saya untuk menyampaikan hal yg sebenar-benarnya, baik mengenai diri saya maupun hal-hal yg terjadi di sekitar diri saya"

Oleh karena itu dalam setiap tulisan yg saya buat di website ini, saya selalu berusaha untuk menyampaikan hal yg sebenar-benarnya mengenai kejadian, tanggapan dan cara pandang saya terhadap hal-hal yg terjadi dalam diri saya, baik sebagai pribadi maupun sebagai pesepakbola...

Dan dibawah ini adalah 20 hal atau kejadian mengenai diri saya, yg mungkin tidak pernah anda sekalian ketahui sebelumnya. Ini adalah sebuah rahasia yg hanya akan anda dapatkan, jika anda mengunjungi website ini. Karena saya tidak akan pernah menyampaikannya melalui media apapun selain website pribadi saya ini..
* 20 hal tersebut adalah:

1. Sepatu bola pertama saya ber merk Foxy, sepatu itu adalah hadiah ulang tahun saya ke 8 dari Ayah dan ibu saya. Harga sepatu tersebut kira-kira 17 ribu 500 rupiah. Saya sangat sayang dengan sepatu tersebut, bahkan sering saya memakainya saat tidur di malam hari...

2. Ketika masih bermain di SSB Ungaran Serasi dan Tim Piala Djamiat Dalhar Jawa Tengah U-12, saya adalah seorang sayap kiri. Saat itu saingan saya di posisi tersebut, adalah M. Ridwan (Sekarang bermain di Sriwijaya FC)...

3. (9, 10, 11,16, 20, 24) adalah nomer-nomer yg pernah saya gunakan selama karir sepakbola saya.
* Nomer 9 saya pakai ketika bermain di SSB Hobby Sepakbola dan EHC Norad
* Nomer 10 ketika bermain untuk di tim Jawa Tengah, Persikas Apacinti, Diklat Salatiga dan tim nasional Pra Olimpiade
* Nomer 11 saya pakai saat bermain untuk tim nasional U-19 pada tahun 1998
* Nomer 16 ketika saya masih di SSB Ungaran Serasi
* Nomer 20 saya kenakan di Persija, Selangor FC dan tim nasional Indonesia
* Sedangkan nomer 24, saya pakai di partai pertama saya bersama Persija Jakarta saat melawan PSDS Deli Serdang di Liga Indonesia VI (1999). Saat itu saya memakai no 24 karena nomer 20 belum sampat di buat (Saya baru resmi bergabung dengan tim sehari sebelum Liga dimulai)..

4. Gaji pertama saya adalah sebesar 15 ribu rupiah, ketika itu saya masih kelas 2 SMP dan bermain untuk tim Persada Utama Ungaran..

5. Pertama kali saya ke luar negeri adalah di tahun 1997, ketika itu saya tergabung dalam tim nasional pelajar Asia di Patna, India. Itu juga adalah saat pertama kali saya naik pesawat terbang (Jakarta - Singapura)..

6. Saya adalah pribadi yg sangat suka membaca buku. Di rumah, saya mempunya koleksi buku yg tersusun rapi di meja kerja saya dan beberapa di samping tempat tidur saya. Koleksi buku-buku saya terdiri dari 50% Biografi tokoh (Atlet, musisi maupun tokoh negarawan), 30 % Buku mengenai motifasi, sejarah dan ekonomi, serta 20% Buku mengenai resep-resep masakan. Buku terakhir yg saya beli adalah Biografi dari group band asal Irlandia bernama U2..

7. Pertama kali saya memotong rambut mohawk seperti ini, adalah di tahun 2004. Sebenarnya hal tersebut terjadi lebih pada sebuah kecelakaan. Akan tetapi ternyata, model rambut tersebut tidak memerlukan perawatan yg susah (Cukup menggunakan tangan dan tidak perlu sisir), dan karena alasan tersebutlah saya menggunakan sampai sekarang. Pada saat menjadi juara piala Haornas bersama Jawa Tengah di tahun 1996, potongan rambut saya menyerupai batok kelapa, terinspirasi oleh penyerang asal prancis bernama Patrice Loko..

8. Ketika masih kecil saya sering di panggil "Gechil" yg artinya kecil oleh teman-teman sepermainan saya di kampung. Hal tersebut dikarenakan memang ukuran badan saya paling kecil diantara diantara teman-teman yg lainnya..

9. Saya berhasil lulus dari Sekolah Dasar dengan Nilai Ebtanas Murni 44,98 dalam 5 mata pelajaran (Nilai rata-rata 8,999 pada tiap mata pelajaran). Nilai tersebut adalah yg tertinggi di sekolah kami. Sekedar untuk di ketahui, dari mulai kelas 1 sampai kelas 6 saya adalah pemegang ringking satu di sekolah saya...

10. Saya pernah menjadi anggota dari sebuah sanggar tari tradisional saat masih berada di sekolah dasar, kebetulan ibu saya sendiri Hj Suriptinah adalah guru tarinya. Bahkan saya sempat ikut dalam sebuah pementasan, untuk meperingati hari kemerdekaan 17 Agustus di kampung saya, saat itu saya menarikan tari Kelinci. Ketika mulai serius belajar bermain sepakbola, dunia taripun saya tinggalkan...

11. Saat dududk di kelas 3 SMA, dalam setahun saya hanya masuk sekolah selama 4 bulan, sedang sisanya selama 8 bulan saya habiskan untuk menjalani pelatnas. Bahkan saya harus mengikuti ujian akhir nasional susulan, karena saat ujian akhir dilaksanakan saya sedang berada di Korea bersama tim nasional pra olimpiade..

12. Saya sangat suka bercocok tanam, biasanya tanaman bunga dan buah-buahan. Ketika melihat bunga mawar dan melati di depan rumah saya berbunga, atau melihat pohon srikaya dan mangga di belakang rumah saya berbuah, maka ada sebuah kepuasan yg tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata..

13. Ketika Dewi hamil Syaura, sempat terucap dari mulut saya jikalau nantinya anak saya lahir dengan selamat dan Dewi dalam keadaan sehat juga, maka saya akan berlari dari rumah sakit sampai ke rumah saya. Dan akhirnya, ketika Syaura lahir dengan selamat dan Dewi juga baik-baik saja, maka beberapa hari kemudian saya berlari dari RS Bunda yg berada di Menteng sampai ke kediaman saya yg berada di daerah Pasar Minggu - Jakarta Selatan..

 14. Saya baru dapat mengendarai sepeda motor di usia 29 th. Mengenai alasannya, saya sendiri juga tidak begitu paham..

15. Kaki sebelah kiri saya sedikit lebih panjang dari kaki saya yg sebelah kanan (Diukur dari pangkal pinggang sampai ke tumit)..

16. Ketika kelas 3 SD saya pernah menjadi juara dalam lomba masak 17 agustus di sekolah saya, saat itu saya masak mie goreng spesial. Dan sampai sekarang, dalam beberapa kesempatan saya masih suka memasak. Masakan favorit saya adalah Lidah sapi asap gulung asparagus dengan saus anggur merah (Masakan Prancis)..

17. Saya pernah 2 kali ditolak masuk Diklat Salatiga, karena tinggi badan saya saat itu tidak mencukupi persyaratan. Saat itu tinggi saya hanya 168 Cm, sedangkan persyaratan untuk masuk seleksi menjadi siswa Diklat adalah minimal 170 Cm. Saya baru bisa masuk menjadi siswa Diklat Salatiga, setelah salah satu siswa nya (Ngadiono) diberangkatkan ke Italia bersama tim nasional Bareti. Saya masuk untuk menggantikan posisi yg tinggalkan pemain tersebut..

18. Sepatu yg saya gunakan untuk bermain bola, semuanya tidak menggunakan alas sepatu. Entah mengapa saya tidak pernah merasa nyaman, jika bermain menggunakan sepatu yg ada alasnya (Kaki orang kampung hehehe)...

19. Pada tahun 2002, saya pernah mengalami ancaman pembunuhan oleh salah seorang supporter Persija Jakarta (The Jakmania). Hal tersebut terjadi melalui telephone, saat saya berada dalam pemusatan latihan tim nasional Indonesia di Batu, Malang. Selengkapnya akan saya ceritakan di kesempatan yg lain..

20. Ketika kelas 2 Sekolah dasar, saya pernah terjatuh dari pohon beringin setinggi kurang lebih 4 meter. Hal tersebut membuat saya harus menerima 5 jahitan di bagian kepala, dan meninggalkan pitak sebesar jari telunjuk di kepala saya hingga saat ini. Saya juga pernah tertabrak sepeda motor di usia 7 tahun, saat melakukan lari pagi di jalan raya dan hal tersebut juga meninggalkan luka bekas jahitan di kening sebelah kiri saya sampai sekarang..

+1. Saya sering menggunakan celana dalam bermotif bunga-bunga dengan warna yg sedikit cerah, bahkan ada yg bermotif love berwarna pink. Hal tersebut saya lakukan hanya untuk seru-seruan saja, tidak lebih dan tidak kurang hahaha. Bagi pemain tim nasional atau Persija Jakarta, hal tersebut sudah bukan menjadi rahasia lagi..

"Setiap orang mempunyai sisi gelap dalam hidupnya begitu juga anda, saya maupun mereka. Akan tetapi hal tersebut tidak seharusnya menjadi sebuah penghalang bagi kita untuk mengejar cita-cita"   

Bahkan di dalam "United States Declaration Of Independent", yang ditanda tangani oleh 56 delegasi Continental Congress pada 4 Juli 1776. Pada second sentence terdapat, "A Sweeping Statement of Human Rights" yg tertulis seperti demikian:

We hold these truths to be self-evident, that "All Man Are Created Egual", that they are endowed by Creator with certain "Unalieable Rights". That among these are, "Live, Liberty and The Pursuit of Happiness".. 

Maka camkanlah dalam benak kita masing-masing. Bahwa apapun kekurangan yg ada dalam diri kita, hal tersebut tidak akan pernah mengurangi hak-hak kitasebagai seorang manusia untuk, "Hidup, Bebas dan Meraih kebahagiaan"...

Maka : "Jangan Pernah Berhenti Bermimpi"

NB: Poin (+1) Adalah koreksi khusus dari saudara Ahmad Bustomi hehehe..

Selesai...

Sabtu, 28 Januari 2012

"Sepatu Foxy & Awal Dari Sebuah Perjalanan Panjang"


Penulis: Bambang Pamungkas 

*Getas : 10 Juni 1988..
Hari ini 10 juni 1988 adalah hari ulang tahun saya yang ke 8, sepanjang hari ini cuaca nampak terik sekali. Mengadakan pesta ulang tahun, bukanlah sebuah kebiasaan di keluarga kami, dari dulu. Kebiasaan kami adalah, Ibu akan membuat nasi kuning untuk di santap bersama seluruh keluarga di sore hari...
Sore itu, saat kami sekeluarga dengan cerianya menyantap nasi kuning buatan ibu, tiba-tiba ayah saya berdiri dan masuk ke kamar. Beberapa saat kemudian beliau keluar dan menghampiri saya, sambil menyodorkan sesuatu yg di bungkus tas plastik berwarna hitam, ayah saya berkata "Mbang ini hadiah dari bapak dan ibu"...

Saya sempat terkejut dengan hadiah tersebut, karena memberikan hadiah saat anaknya berulang tahun, bukanlah kebiasaan orang tua saya. Setelah mengucapkan terima kasih sambil mencium tangan ayah dan ibu, saya pun langsung membuka bungkusan plastik hitam tersebut...
Isi bungkusan itu membuat saya sangat gembira, ini adalah barang yg selalu saya idam-idamkan selama 6 bulan terakhir. Iya, isi bungkusan tersebut adalah sepasang sepatu bola merek Foxy berwarna hitam dengan kombinasi warna merah dan putih. Mirip seperti adidas, akan tetapi dengan jumlah garis lebih satu (empat) hehehehe..

Ketika itu ayah saya berkata, sebuah kalimat yg akan selalu saya ingat sampai kapanpun, yaitu:

"Mulai sekarang, mulailah belajar bermain bola dengan baik dan benar"..


Sebuah kalimat yg awalnya saya anggap biasa, akan tetapi seiring berjalannya waktu, saya baru sadar jika apa yg diucapkan ayah saya tersebut, mempunyai makna yg sangat penting (Akan saya jelaskan nanti)..
Sepasang sepatu bola tadi saya pajang di meja belajar dalam kamar saya. Setiap saat saya pandangi sepatu tersebut dengan penuh rasa bangga, bahkan sepatu tersebut selalu saya pakai pada saat menjelang tidur. Jika tiba-tiba ada anggota keluarga saya memasuki kamar saya, maka dengan secepat kilat saya akan segera menutupi kaki saya dengan selimut, sehingga mereka tidak menyadari jika sesungguhnya saya tengah menggunakan sepatu bola. Bahkan tidak jarang sayapun tertidur dengan sepatu bola melekat di kedua kaki saya..

Karena terlalu sayangnya saya dengan sepatu bola tersebut, maka sayapun tidak pernah menggunakannya untuk bermain bola. Setiap sore saya memang membawa sepatu tersebut ke lapangan, akan tetapi sepatu ini hanya saya letakkan di samping gawang saja. Dan seperti biasa, sayapun tetap bermain bola bersama rekan-rekan saya dengan bertelanjang kaki..

Alasan saya ketika adalah:
Pertama: Saya takut sepatu tersebut menjadi kotor dan rusak.

Ke dua: Bagi saya saat itu, bermain menggunakan sepatu sangatlah tidak nyaman, saya merasa lebih nyaman bermain tanpa menggunakan sepatu bola daripada menggunakannya, mungkin hal tersebut karena saya tidak terbiasa.

Dan yg ketiga: Sejujurnya saya sungkan dan malu dengan rekan-rekan saya, saya takut dianggap melanggar peraturan, karena semua rekan-rekan saya bermain memang dengan bertelanjang kaki.
Daripada saya tidak di perbolehkan bermain, maka sayapun memilih mengikuti peraturan yg selama ini sudah kami semua sepakati, yaitu bermain dengan bertelanjang kaki..

Suatu sore, ketika saya sedang asik bermain bola di lapangan becek kampung kami (Lapangan Gelora Karet, Getas), tanpa saya sadari saat itu ayah saya berdiri diantara para penonton. Karena terlalu asik bermain, saya sama sekali tidak menyadari kehadiran beliau diantara para penonton, padahal jumlah penonton sendiri ketika itu tidaklah begitu banyak...

Sesampainya di rumah, setelah selesai makan malam bersama tiba-tiba ayah saya memanggil saya, "Mbang, mari ikut bapak ke depan rumah, bapak mau bicara" , seketika saya pun menjawab "Iya pak"...
Ayah saya berjalan menuju teras depan rumah kami, dan sayapun mengikuti tepat di belakangnya. Beliau duduk di sebuah kursi kayu panjang sambil melinting rokok kesukaan beliau, orang jawa biasa menyebut rokok tersebut dengan nama "Tingwe" (Nglinting dewe atau hasil lintingan sendiri)...

Malam itu hujan turun rintik-rintik, angin yg berhembus perlahan membuat cuaca malam itu cukup dingin. Sambil menyalakan rokok yg baru saja beliau ramu sendiri serta menyeruput kopi kental yg sudah ibu siapkan, ayah sayapun berkata "Sini duduk di samping bapak". Maka sayapun ikut duduk di kursi kayu panjang tadi, tepat di sebelah beliau...

Asap rokok mengepul di udara, bau pekat tembakau bercampur dengan wangi cengkeh membuat suasana malam itu menjadi sedikit menghangat. Dan kamipun terlibat dalam sebuah pembicaraan yg santai, ringan akan tetapi juga boleh di katakan cukup berisi. Sebuah pembicaraan yg akan coba saya jabarkan di bawah ini :

Ayah : Mbang, kenapa kamu tadi sore bermain bola tidak menggunakan sepatu bola..??

Saya : Hah,, bapak tau dari mana.?? (Tanya saya heran)

Ayah : Tadi sore bapak mampir ke lapangan..

Saya :  Oohh, sayang sepatunya pak..

Ayah : Kenapa sayang..?? (Giliran ayah saya yg nampak sedikit heran)

Saya : Takut rusak pak. Lagipula, bermain menggunakan sepatu itu susah pak, berat dan seperti ada yg mengganjal, saya tidak bisa merasakan bolanya.. (Jawab saya dengan jujur)

Ayah : Terus apa gunanya bapak belikan kamu sepatu bola, kalau tidak dipakai untuk bermain bola..??

Saya : Iya pak, nanti pasti saya pakai..

Ayah : Nanti..?? Nanti itu kapan..?? Kalau kamu tidak mau menggunakan sepatu itu, lebih baik bapak bakar saja sepatu itu..!!! (Kata beliau dengan mimik muka yg cukup serius)

Saya : Jangan pak..!! (Jawab saya seketika) Saya suka sepatu itu pak..
Dari mulut ayah saya kembali keluar kepulan asap rokok tingwe tadi, sesekali beliau juga menyeruput kembali kopi kentalnya. Beberapa saat kemudian, beliau lanjut berbicara..

Ayah : Begini le.. (Tole adalah panggilan kesayangan orang tua untuk anak laki-lakinya).. Apapun profesi yg akan kamu tekuni dalam hidupmu, pastikan jika kamu mengawalinya dengan cara yg baik dan benar.. (kata beliau sambil memegang pundak saya)

Saya : Maksud bapak..?? (Tanya saya serius)

Ayah : Begini (Beliau kembali menyeruput kopi hitam nya), jika kamu ingin menjadi pemain sepakbola, maka kamu harus memulainya dengan cara yg benar..

Saya : Kan saya memang latihan tiap sore dengan teman-teman pak (Jawab saya bersemangat)..

Ayah : Bukan itu maksud bapak le..

Saya : Jadi maksud bapak..?? (Tanya saya sedikit bingung)

Ayah : Jadi selama ini kamu pikir sudah berlatih dengan baik..?? Dan juga sudah benar..??

Saya : Sudah pak, setiap sore saya latihan lari dan bermain bola, dan saya juga tidak pernah lupa melakukan pemanasan.. (jawab saya dengan yakin)

Ayah :  Lhooo,, salah kamu le hehehehe (Timpal beliau sambil tertawa renyah), yang bapak maksud dengan baik dan benar itu adalah dengan cara yg benar.. Apakan bermain bola dengan telanjang kaki itu benar..??

Saya : Tapi kalo main pakai sepatu bola, saya ngga boleh ikut main pak. Karena temen-temen yg lain juga ngga pake sepatu..

Ayah : Ini yg bapak maksud. Kalo kamu ingin belajar dengan benar, ya ngga harus ikut main dengan mereka. Kalo perlu nanti kamu latihan sendiri dengan bapak, sesuatu yang salah itu jangan ditiru. Kalo kamu tidak membiasakan sedari sekarang, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa bermain menggunakan sepatu, dan itu adalah cara yg salah.. (Jelas ayah saya dengan nada yg sangat serius)

Saya : Tapi, latihan apa pak kalo hanya berdua..?? (Tanya saya juga dengan nada serius)

Ayah : Lhooo, belajar main bola yg bener itu ngga harus selalu main game rame-rame. Kita bisa mulai dengan belajar nendang yg benar, lari yg bener, nyundul yg benar, pemanasan yg bener dan masih banyak lagi..

Saya : Yaaah,, bosen dong pak.. (Gerutu saya)

Ayah : Untuk menjadi pemain bola yg baik itu harus sabar, karena tehnik dasar itu sangat penting. Jika kamu sudah dapat menguasai tehnik dasar yg baik, baru kamu bisa naik ke level selanjutnya, dan akan lebih memudahkan kamu ketika suatu saat nanti bermain game.. (Ayah saya kembali menjelaskan)

Saya : Berapa lama pak latihannya..??

Ayah : Ya sampai kamu benar-benar menguasai. Dan asal kamu tau, jika sampai Insha Allah suatu saat nanti kamu jadi pemain bola profesional, latihan tehnik dasar itu akan tetap di lakukan..

Saya : Tapi pak, saya masih belom bisa menendang pakai sepatu bola, tidak nyaman pak.. (Jawab saya yg masih kekeuh ingin main bola telanjang kaki)

Ayah : Itu bukan masalah, lambat laun kamu akan terbiasa dan merasa nyaman. Pemain bola yg kamu lihat di TV-TV itu semuanya main pakai sepatu bola kan..?? Mulai besok kamu akan berlatih sendiri bersama bapak. Bapak juga akan coba memasukkan kamu ke sekolah sepakbola di Ungaran (SSB Ungaran serasi). Disana kamu akan belajar bersama banyak anak-anak seusia kamu, jadi kamu jangan khawatir akan sendirian, kebetulan pelatihnya teman bapak..

Saya : Baiklah pak.. (Jawab saya masih dengan perasaan kurang puas)
Betul, setelah itu sayapun tidak lagi bermain bola bersama teman-teman saya yg lain, saya berlatih terpisah bersama ayah saya, terkadang bersama kak ke tiga saya (Tri Agus Prasetyo). Menendang bola menggunakan sepatu itu memang sangat susah, lebih sering mengenai tanah dan rumput daripada mengenai bolanya sendiri..

Sering kali saya merasa bosan dengan latihan dasar ini, ingin rasanya saya mencampakkan sepatu bola ini dan kembali bermain bertelanjang kaki bersama teman-teman yg lain. Saat itu terjadi pesan ayah saya selalu mengiang di telinga saya, yaitu "Jika ingin berhasil menjadi pemain profesional, maka berlatihlah dengan cara yg baik dan benar". Dan keinginan besar saya untuk menjadi pemain sepakbola profesional, membuat saya hanya mampu menghela nafas panjang dan kembali berlatih..

Tidak jarang teman-teman saya menganggap saya sombong, karena tidak mau bergabung bermain dengan mereka. Bahkan tidak sedikit yg menilai, jika sebagai anak kampung saya bermimpi terlalu tinggi, karena ingin menjadi pemain profesional. Mereka menganggap, anak kampung seperti kami ini, sampai kapanpun hanya akan bermain di level antar kampung saja, paling tinggi mungkin akan berada di level kelurahan..

Maka jangankan membeli sepatu bola, berlatih tehnik dasarpun bagi mereka tidak perlu, yg penting bisa menendang bola dan lari, maka itu saja sudah lebih dari cukup. Karena di samping membuang-buang uang, menurut mereka di usia 8 tahun masih belom perlulah untuk bermain menggunakan sepatu bola. Itulah pemikiran sebagian besar orang tua di kampung kami ketika itu..

Disamping berlatih sendiri di kampung bersama ayah atau terkadang kakak laki-laki saya, ayah saya juga memasukkan saya ke SSB Ungaran Serasi di Ungaran. Di sana saya berlatih secara rutin seminggu 3 kali bersama rekan-rekan seusia saya, di lapangan PHB Ungaran. Maka seminggu 3 kali, ayah saya dengan tekun dan sabar mengantar saya berlatih di Ungaran, jarak Ungaran sendiri kurang lebih 1 jam perjalanan dari desa saya Getas...

Suatu ketika ayah saya bernah menyakinkan saya, "Sekarang memang masa susah dan berat buat kamu, akan tetapi jika kamu tetap serius dan yakin, maka suatu saat nanti kamu akan memetik hasil dari latihanmu ini". Memang setiap anak yg berlatih dengan baik dan benar, tidak semuanya berhasil menjadi pemain profesional. Akan tetapi dengan berlatih secara baik dan benar, kemungkinan untuk menjadi berhasil akan lebih tinggi daripada mereka yg berlatih secara asal-asalan..

Memang betul apa yg di ucapkan ayah saya ketika itu. Beberapa tahun kemudian, di saat kebanyakan teman sebaya saya di kampung sibuk mencari pekerjaan setelah lulus SMA, saya mendapat kesempatan untuk bekerja dalam sebuah profesi yg kebetulan juga menjadi hobby dan kegemaran saya, yaitu menjadi pemain sepakbola profesional. Sebuah pekerjaan yg masih saya tekuni sampai saat dimana saya menulis artikel ini...

Saya ingat betul, ketika saya baru saja pulang dari Sea Games Brunei tahun 1999. Ibu saya pernah berbisik kepada saya, bahwasanya saat pertandingan pertama di Sea Games antara Indonesia Vs Kamboja, ayah saya sempat meneteskan air mata saat melihat saya menyanyikan lagu Indonesia sebelum laga di gelar. Itu adalah saat pertama kali keluarga saya melihat saya bermain untuk tim nasional Indonesia secara langsung melalui layar televisi..

Oleh karena itu di akhir artikel ini, perkenankanlah saya untuk mengucapkan sesuatu untuk ayah saya tercinta, H. Misranto:
"Terima kasih untuk ketekunan, kepercayaan, kesabaran serta keyakinan bapak dalam melatih serta mendidik saya. Kebanggan saya dalam setiap penampilan saya bersama tim nasional Indonesia, akan selalu saya bagi sama rata bersama bapak. Sekali lagi terima kasih dan mohon doa restunya"...
Selesai...

"Jangan Pernah Berhenti Bermimpi"

Penulis: Bambang Pamungkas (www.bambangpamungkas20.com)

Beberapa waktu yg lalu, ada salah satu follower twitter saya yg menyampaikan sebuah link berita yg cukup menarik kepada saya. Sebuah artikel yg berisi tentang komentar seseorang terhadap diri saya secara pribadi. Dan harus saya akui, jika saya cukup tertarik dengan link berita itu. Karena orang yg berkomentar dalam artikel tersebut adalah seseorang yg sangat berpengaruh dalam karir saya. Iya, seorang yg sangat saya hormati, baik secara pribadi maupun sebagai seorang atlit profesional (Pesepakbola)...

Orang tersebut adalah Kurniawan Dwi Julianto, seorang pribadi yg secara tidak langsung telah membuat hati saya merasa yakin untuk memilih sepakbola sebagai karir dan jalan hidup. Dalam artikel ini, saya tidak tertarik untuk membahas tentang pendapat Kurniawan mengenai diri saya seperti yg di sampaikan dalam artikel tersebut. Melainkan saya lebih tertarik untuk mengurai saat pertama kali saya bertemu dan bertatap muka secara langsung dengan orang yg sangat saya idolakan tersebut...

Suatu ketika dimana rasa takut, malu, grogi, semangat, penasaran dan rasa bangga hadir secara bersamaan dalam perasaan saya. Sebuah keadaan yg mungkin juga akan di rasakan oleh kebanyakan orang, saat bertemu dengan idola mereka untuk yg pertama kalinya...

Hahahaha,, sebuah cerita yg mungkin akan sedikit memalukan atau mungkin dapat juga dikategorikan norak, akan tetapi tidak dapat saya pungkiri jika saat itu adalah saat dimana saya menjadi yakin dan percaya dengan sebuah kalimat yg berkata:

"Jangan pernah berhenti bermimpi, karena mungkin suatu saat mimpi kalian akan menjadi kenyataan"...


Maka dari itu jika anda sekalian tidak keberatan, pada artikel ini saya ingin mengajak anda sekalian untuk sedikit terbang kembali ke masa lalu, kembali ke masa 12 th kebelakang tepatnya di th 1999. Yaitu saat pertama kali saya bertemu dengan seorang Kurniawan Dwi Julianto secara langsung. Di sebuah hotel, dalam sebuah pemusatan latihan bersama tim nasional Indonesia, di ibukota negara Indonesia - Jakarta...
Dan inilah cerita selengkapnya:

Hotel Atlet Century Jakarta, pada pertengahan bulan juni 1999..
Ketika saya menginjakkan kaki di lobby hotel ini, jam Guess (Palsu) di tangan kanan saya menunjukkan pukul 05:30 WIB di pagi hari. Suasana hotel ini sendiri masih cukup lengang pagi ini, masih belum nampak kegiatan yg cukup berarti di lobby hotel ini. Tanpa basa-basi sayapun segera melangkahkan kaki menuju resepsion untuk melaporkan kedatangan saya serta mengambil kunci kamar saya. Saya ingat betul jika ketika itu, saya mendapatkan kamar di lantai 4 bersama 3 pemain yg lain, pemain -pemain tersebut adalah Agung Setyabudhi, I Komang Putra dan Ali Sunan (Ketiganya adalah pemain dari PSIS Semarang ketika itu)...

Dari keempat penghuni kamar tersebut, saya adalah pemain pertama yg sampai ke pemusatan latihan. Ke tiga pemain yg lain baru datang siang harinya, karena latihan pertama tim nasional baru akan di gelar sore harinya, di Stadion Utama Gelora Bung Karno...

Setelah meletakkan barang dan merebahkan diri sejenak, saya memutuskan untuk pergi ke belakang hotel ini untuk sarapan (Ketupat sayur kaki lima). Saat sarapan itulah saya berjumpa dengan beberapa staff perlengkapan tim yg juga tengah sarapan, dari staff tersebut saya mengetahui jika beberapa pemain ternyata juga sudah bergabung sejak semalam. Diantara pemain tersebut adalah Kurniawan DJ, Rochy Putiray, Bima Sakti dan Widodo C Putra...

Karena Kurniawan adalah senior saya yg sama-sama berasal dari Diklat Salatiga, maka secara etika sudah seharusnya jika saya menghadap atau lebih halusnya menyampaikan kedatangan saya kepada senior saya. Oleh karena itu setelah selesai sarapan, sayapun berinisiatif untuk menuju kamar Senior saya tersebut, yg kebetulan juga berada di lantai 4 tidak jauh dari kamar saya...

Sebelum menuju kamar Kurniawan, saya sempat kembali kekamar saya terlebih dahulu untuk mandi. Karena ini adalah pertama kalinya saya akan bertemu dengan Kurniawan secara langsung, maka secara jujur saya katakan jika ketika itu saya dalam keadaan yg sangat gugup. Sebentar lagi saya akan bertemu dengan seseorang yg selama ini sangat saya kagumi dan hanya dapat saya lihat dari layar televisi. Rasa bangga, takut, deg-deg'an, grogi serta malu bercampur aduk menjadi satu. Bahkan, walaupun ketika itu saya baru saja selesai mandi, akan tetapi baju saya mulai basah oleh keringat yg keluar secara perlahan melalui pori-pori kulit di sekujur tubuh saya...

Jarak kamar saya dengan kamar Kurniawan tidaklah begitu jauh, kami hanya terpisah kurang lebih 4 kamar saja. Sejujurnya, hati saya sempat ragu saat melangkah menuju kamar idola saya tersebut, akan tetapi karena rasa penasaran dan bangga yg begitu tinggi, dan juga di topang oleh sebuah etika wajib lapor kepada senior, maka sayapun membuang jauh-jauh rasa ragu tersebut itu dan mempertegas langkah saya menuju kamar senior saya itu...

Sesampainya di kamar Kurniawan, saya sempat menempelkan telinga saya ke daun pintu kamar sebelum mengetuk pintu kamar berwarna coklat tua tersebut. Hal itu saya lakukan untuk memastikan jika memang sudah terjadi aktivitas di kamar tersebut. Tentu saja saya tidak ingin kedatangan saya nantinya akan mengganggu aktivitas si empunya kamar. Karena jika hal tersebut terjadi, tentu akan meninggalkan kesan negatif di awal pertemuan saya dengan idola saya...

Saat saya sudah dapat memastika jika si penghuni kamar sudah bangun, maka sayapun memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar tersebut. Dari balik pintu terdengar suara langkah kaki seseorang yg tengah berjalan mendekat, seketika detak jantung sayapun berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan ketika pintu kamar hotel itu terbuka, nampaklah seseorang dengan perawakan sedikit lebih tinggi dari saya akan tetapi juga sedikit lebih kurus dengan model rambut yg cepak cederung botak...

Orang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Kurniawan Dwi Julianto, orang yg sangat saya kagumi dan selama ini hanya dapat saya lihat melalui layar kaca televisi. Melihat kedatangan saya, Kurniawan seketika berkata "Eh nembe teko yo, piye kabare..?? ayo kene mlebu" (Eh baru sampai ya, apa kabar..?? Mari sini masuk". Saat itu saya sempat terpaku sejenak sebelum akhirnya menjawab "Alhamdulillah apik mas, iyo iki nembe teko", (Alhamdulillah baik mas, iya ini baru saja sampai". Saya butuh beberapa saat untuk mengendalikan diri, dan ketika saya sudah tenang sayapun berjalan memasuki kamar tersebut...

Saat saya memasuki kamar tersebut, terlihat Rochy Putiray tengah merebahkan diri di tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Sayapun segera menghampiri nya untuk bersalaman sambil memperkenalkan diri saya. Di kamar ini sendiri tidak nampak sebuah televisi, iya saat itu kami memang mendapatkan jatah kamar khusus untuk atlit, yg tidak terdapat televisi di dalam kamar. Sehingga jika kami ingin melihat televisi, maka kami harus pergi ke aula untuk berbagi 1 televisi dengan atlit-atlit dari cabang olahraga yg lain..

Saat itu terjadilah percakapan ringan antara saya dan idola saya tersebut. Sebuah percakapan yg dalam versi aslinya terjadi dengan menggunakan bahasa jawa. Akan tetapi karena saat menulis artikel ini saya tengah berbaik hati, maka akan saya terjemahkan percakapan tersebut ke dalam bahasa Indonesia, agar dapat anda sakalian pahami maksud dan artinya hehehe...

Percakapan tersebut kurang lebihnya berisi seperti di bawah ini:
Kurniawan: Ayo duduk sini, kapan sampai..??

Saya: Baru saja mas jam 5:30 an, kemarin berangkat dari Salatiga jam 5 sore (Perjalanan menggunakan bus malam)..

Kurniawan: Ooooo, sekamar sama siapa..??

Saya: Sekamar saya Ali Sunan, Agung Setyabudhi dan I Komang Putra mas. Tapi mereka pada belum datang, mungkin nanti siangan baru masuk. Oh iya mas dapat salam dari Mas Hariyadi (Sekarang pelatih Persiba Balikpapan) dan Om John Ozok (Keduanya adalah pelatih Diklat Salatiga dan juga pernah melatih Kurniawan saat masih di sana)..

Kurniawan: Oh iya-iya, apa kabar mereka..?? Masih galak ngga mereka..?? hahaha..
Saya: Ya lumayan lah mas hehehe.. Ngomong-ngomong suasana latihan di timnas senior itu gimana ya mas..?? saya kok masih grogi dan sedikit takut dan sungan ya mas..

Kurniawan: Kenapa takut..?? Sama sajalah seperti latihan tim-tim biasa, apalagi kamu kan sudah pernah bekerja sama dengan Bernard Schoem di tim U-19 dan U-23. Tapi kalo main di timnas senior ada peraturan-peraturan yg harus di taati. Diantaranya rambut harus rapih, jangan seperti sekarang awut-awutan gitu, karena kita kan membela nama negara...

Ketika itu rambut saya memang cukup gondrong dan awut-awutan. Tipe asli rambut saya sendiri memang keriting, sehingga jika sudah mulai memanjang maka rambut saya akan mengembang keatas. Eehhmm,, mungkin mirip seperti rambut Edi Brokoli namun dalam versi yg sedikit lebih pendek tentunya..

Saya: Oh gitu ya mas, kalo begitu nanti siang saya akan potong rambut..

Kurniawan: Satu lagi, di tim pra olimpiade kan kamu pakai nomer 10, jadi kalo misalnya kamu mau pakai nomer 10 di timnas senior pakai saja, nanti aku akan cari nomer lain...

Saat itu tiba-tiba Rochy Putiray menyaut, "Udah pakai aja mbang, ngga usah malu dan ragu Kurniawan udah abis hahaha", celetuknya sabil tertawa kecil (Tentu sembari bercanda). Mendengar perkataan tersebut, sayapun segera menjawab dengan sedikit tersipu..

Saya: Oh ngga mas terima kasih, itu kan sudah menjadi ciri sampeyan, saya sih pakai nomer berapa saja ngga masalah. Lagipula saya kan baru ikut seleksi, lolos juga belom tentu hehehe..

Kurniawan: Pokoknya jangan sungkan-sungkan di timnas senior ya, anggap saja semua pemain sama. Kamu di panggil pasti karena pelatih berpikir kamu juga mempunyai kelebihan, jadi jangan merasa rendah diri disini..

Saya: Iya mas terima kasih. Yasudah mas saya pamit dulu mau istirahat..
Dan sayapun kembali bersalaman dengan Kurniawan dan jua Rochy Putiray sebelum akhirnya saya meninggalkan kamar tersebut...

Siang itu juga saya memutuskan untuk memotong rambut saya, tempat potong rambut paling dekat dari Hotel Century adalah Plaza Senayan. Ketika itu saya memangkas rambut saya di sebuah salon bernama Johny Andrean. Sejujurnya sangat berat bagi saya untuk memotong rambut saya ketika itu. Karena sebenarnya, saat itu saya sedang dalam tahap untuk memanjangkan rambut saya, agar dapat saya ikat dengan model cornrows (Terinspirasi dengan gaya rambut Hendrik Larson)...

Akan tetapi mengingat ini adalah salah satu aturan di tim nasional senior (Menurut Kurniawan Dwi Julianto), maka rambut yg sebenarnya sudah saya biarkan panjang selama kurang lebih 3 bulan itu, akhirnya dengan sedikit berat hati harus saya relakan untuk dipangkas. Tidak sampai habis memang, akan tetapi setidaknya menjadi jauh lebih pendek dan rapi...

Sore itu adalah latihan pertama tim nasional yg di persiapkan untuk Sea Games 1999 di Brunei Darussalam. Sebuah sore yg akan selalu saya kenang dalam hidup saya. Iya, sebuah sore dimana menjadi saat pertama kalinya saya berlatih bersama squad utama tim nasional Indonesia (Senior). Saat dimana saya berkesempatan berlatih dalam satu lapangan, serta di bawah satu pelatih kepala bersama pemain-pemain kelas satu di negeri ini...

Ketika itu di Gelora Bung Karno, saya berlatih bersama pemain-pemain seperti Hendro Kartiko, Anang Ma'ruf, Aji Santoso, Alm Eri Irianto, Kurnia Sandi, Widodo C. Putra, Bima Sakti dan tentu saja Kurniawan Dwi Julianto. Mereka adalah pemain-pemain yg selama ini hanya dapat saya liat dan saksikan melalui layar kaca televisi. Bayangkan, saya baru masuk Diklat Sepakbola Salatiga pada th 1996, dan 3 th kemudian saya sudah mampu menjadi bagian dalam tim nasional Indonesia senior. Tentu ini adalah sebuah impian yg menjadi kenyataan...

Pada perkembangannya, saya baru tahu jika ternyata Kurniawan berbohong kapada saya mengenai peraturan di tim nasional senior dalam hal rambut. Karena memang tidak ada peraturan yg mengatakan, jika seorang pemain nasional harus berambut pendek dan rapi. Awalnya saya cukup keki dengan kenyataan tersebut, akan tetapi ya sudahlah mungkin maksud Kurniawan sendiri sebenarnya baik, agar penampilan saya lebih rapi dan tidak kampungan hehehe. Lagipula di jahilin oleh seorang idola tentu malah akan menjadi sebuah cerita yg pantas untuk di kenang..

Satu hal yg sangat saya sayangkan ketika itu adalah, pada akhirnya Kurniawan harus terlempar dari tim dan tidak berangkat ke Sea Games di Brunei. Saat itu hanya tersisa Widodo C Putra, Rochy Putiray dan saya di barisan depan tim nasional Indonesia. Ketiadaan Kurniawan sendiri, seharusnya membuat saya mendapat kesempatan untuk menggunakan nomer punggung 10 di tim nasional, sama seperti saat saya bermain untuk tim nasional pra olimpiade. Akan tetapi setelah berpikir dengan matang, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan nomer punggung yg lain, sehingga saat itu nomer punggung 10 tidak di pakai oleh siapapun..
Saya memilih nomer lain dengan beberapa alasan. Pertama, karena saya sangat menghormati orang yg selama ini menjadi pemilik nomer tersebut (Kurniawan Dwi Julianto). Kedua, karena saya ingin memiliki sebuah nomer yg identik dengan nama saya, seperti halnya nomer 10 yg identik dengan Kurniawan, atau identikya nomer 7 dengan nama Widodo C Putra. Maka dari itu akhirnya sayapun memilih nomer punggung 20 untuk saya kenakan. Kebetulan nomer tersebut tengah tak berpemilik, karena di tinggalkan Hendro Kartiko yg berganti ke Nomer 1 setelah Kurnia Sandi (Pemilik nomer 1) harus terseingkir karena mengalami patah kaki dalam sebuah sesi latihan...

Saya sendiri memilih nomer 20 bukan tanpa alasan dan tujuan. Alasan saya ketika itu adalah, saya ingin menggunakan sebuah nomer yg unik atau fidak lazim di gunakan oleh seorang striker. Dan angka 20 cukup mewakili akan hal itu, karena nomer tersebut memang lazimnya di gunakan oleh seorang penjaga gawang (Pada masa itu). Kemudian alasan berikutnya serta mungkin yg paling penting adalah, sebuah filosofi karangan saya di balik nomer 20 itu sendiri..

Yaitu, jika dalam sebuah mata pelajaran maka nilai 10 akan berarti istimewa. Dan jika angka 10 berarti istimewa, maka dari itu angka 20 juga dapat diartikan sebagai 2 x 10 atau 2 x istimewa hehehe. Jadi diharapkan dengan menggunakan nomer tersebut, di masa yg akan datang prestasi saya dapat melebihi si pemilik nomer 10 ( Kurniawan Dwi Julianto) atau setidaknya menyamai prestasi idola saya tersebut...
Agak terkesan arogan memang, akan tetapi sejujurnya filosofi tersebut saya buat untuk menantang, memotivasi serta sekaligus menjadi target saya dalam menjalani karir di dunia sepakbola. Dengan begitu, saya selalu mempunyai motivasi tinggi dalam menjalani karir saya, dalam apapun kendalanya. Dan tak terasa ternyata 12 th sudah saya menggunakan nomer punggung 20 dalam setiap pertandingan saya. Saya hanya sempat menggunakan nomer lain saat bermain di EHC Norad, ketika itu saya menggunakan nomer punggung 9..

Nomer punggung 20 selalu setia menemani saya dalam mengejar mimpi-mimpi saya sampai dengan saat ini. Saya mengalami banyak sekali kejadian-kejadian dalam karir sepakbola saya, baik yg menyenangkan maupun menyedihkan bersama dengan nomer punggung ini. Menjadi juara, pencetak gol terbanyak, pemain terbaik, patah kaki, depresi, memecahkan rekor gol tim nasional dan caps tim nasional, menaklukkan Malaysia bersama Selangor FC dan lain-lain adalah hasil kolaborasi saya bersama nomer punggung tersebut...

Seperti yg anda sekalian ketahui, saya adalah pribadi yg tidak pernah berhenti bermimpi. Sejauh ini saya sudah mampu mewujudkan beberapa diantara mimpi-mimpi tersebut. Akan tetapi memang masih banyak juga diantaranya yg belum dapat terwujud. Salah satu diantaranya mungkin mimpi untuk memberikan gelar untuk tim nasional Indonesia. Jika saya masih dipercaya dan diberi kehormatan oleh pelatih tim nasional untuk mengenakan seragam tim nasional Indonesia, maka sudah barang tentu saya akan terus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpi tersebut, dan saya sendiri berharap masih memiliki kesempatan tersebut...

Sebagai manusia, kita tidak akan pernah tahu apa yg akan terjadi di masa yg akan datang. Sejatinya hal terpenting dalam sebuah kehidupan adalah, bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin dalam setiap kesempatan, menjalani dengan sepenuh hati dan menerima apapun yg terjadi dengan ihklas dan lapang dada...

"Kita boleh saja tidak memiliki kompas ataupun peta. Akan tetapi, saya yakin jika kita semua diberi anugerah oleh sang pencipta sebuah hati, yg dapat digunakan untuk menentukan mana kira-kira arah yg tepat dan pantas untuk kita tuju"


Oleh karena itu, jangan pernah takut dan berhenti bermimpi, karena hal tersebut tidak akan pernah membuat kita tersesat...

Jumat, 27 Januari 2012

"Seandainya,, Oh Seandainya"

Penulis : Bambang Pamungkas (www.bambangpamungkas20.com)

Pagi tgl 9 Desember 2011, saya menerima pesan melalui SMS dan BBM dari dua sahabat saya, mereka menyampaikan berita mengenai dilarangnya para pemain yang berlaga di Indonesian Super League untuk membela tim nasional Indonesia. Kebetulan dua sahabat saya tersebut berstatus sebagai pemain nasional dan bermain di kompetisi ISL. Jawaban saya kepada mereka adalah, "Memang seharusnya demikian, karena memang begitulah aturan yang saya tahu". Di seberang sana dua sahabat saya tersebut nampak tidak puas mendengar jawaban saya tersebut..

Hal tersebut diatur dalam pasal 79 statuta FIFA, jadi bukan aturan yang dibuat oleh Ketua Umum PSSI baik Djohar Arifin maupun Nurdin Halid di era sebelumnya. Jika PSSI tidak memberlakukan larangan tersebut, maka saya malah akan menilai mereka sebagai sekumpulan para pengecut, karena tidak berani menghukum pihak-pihak yang menurut pandangan PSSI telah melanggar aturan. Dengan memberlakukan hal tersebut, maka setidaknya membuktikan bahwa mereka adalah para pemimpin yang tegas, berwibawa sekaligus juga mempunyai komitmen..

Tanggal 11 Desember 2011 kebetulan juga pada pagi hari, saya membaca sebuah link berita yang memuat pernyataan dari Ketua Umum PSSI Djohar Arifin, yang inti dari berita tersebut berisi demikian: "Tim-tim yang mbalelo dan bermain di luar kompetisi PSSI secara otomatis akan turun ke level dibawahnya". Dan sekali lagi, saya setuju dengan pernyataan yang di buat oleh Ketua Umum PSSI tersebut. Karena memang logikanya, jika sebuah tim tidak dapat mengikuti sebuah kompetisi dengan alasan ketidak mampuan atau ketidak mauan, maka tim tersebut secara otomatis akan terdegradasi..

Nah sampai disini dulu pembahasan kita mengenai dua keputusan PSSI tersebut, nanti kita akan bahas kembali di paragraph yang lain. Sekarang mari kita menggali apa sih akar permasalahan yang sebenarnya, sehingga situasi persepakbolaan negeri kita ini menjadi semakin semrawut dan tidak karuan begini..??

Awal sekali mari kita mengingat peristiwa gerakan untuk mereformasi sepakbola Indonesia setahun yang lalu, apa sih semangat reformasi kita saat itu..?? Saya yakin kita semua masih ingat, kurang lebihnya adalah "Menyelamatkan dan memperbaiki persepakbolaan Indonesia yang ketika itu kita anggap berada di tangan orang-orang yang korup, bertindak otoriter serta berorientasi politik"..

Pada buku saya "BEPE20: Ketika Jemariku Menari" dalam beberapa kesempatan saya sering menyampaikan, bahwasanya saya sangat setuju dengan reformasi di tubuh PSSI ketika itu, akan tetapi mari kita lakukan reformasi tersebut sesuai dengan koridor-koridor yang berlaku. Dan pada akhirnya, setelah melalui kongres yang bekepanjangan dan sangat memelahkan, rezim penguasa sepakbola Indonesia ketika itu pun dapat digulingkan..

Semua orang bertepuk tangan meriah, semua orang merasa puas dan semua orang merasa yakin bahwa ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk membangun persepakbolaan negeri ini ke arah yang lebih baik. Seketika mimpi kita pun membungbung dengan tingginya, mimpi akan tim nasional yang tangguh dan dapat bersaing di level dunia serta mampu memberikan kebanggaan bagi bangsa pun terpatri di dalam sanubari..

Ada sebuah teori tak tertulis yang menyatakan bahwa, kunci keberhasilan
sebuah negara dalam membangun sebuah tim nasional yang kuat adalah sebaik mana negara tersebut dapat menjalankan roda kompetisi yang profesional, kompetitif, fair dan tentu juga harus kondusif. Salah satu contohnya adalah bagaimana Jepang, Korea, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, Belanda dan Inggris yang sukses membangun sebuah tim nasional yang kuat karena mampu meletakkan pondasi dasar yang sangat kuat pada kompetisi mereka..

Teori tersebut memang sedikit terbantahkan oleh negara-negara di Afrika yang mampu membangun sebuah tim nasional yang tangguh walaupun liga di negara mereka belum dapat di katakan cukup mapan. Disini ada satu hal yang menarik untuk di cermati, yaitu negara-negara Afrika tersebut memiliki banyak sekali pemain-pemain yang berkelana di klub-klub Eropa, yang notabene memiliki liga yang mapan dan profesional..

Dengan kata lain ada dua jalan yang dapat di tempuh untuk dapat memiliki sebuah tim nasional yang tangguh, yaitu membangun sebuah liga yang profesional, kompetitif, fair  dan kondusif atau mengirimkan sebanyak-banyaknya pemain muda kita untuk bermain di Eropa yang dalam hal ini memiliki kompetisi yang mapan serta baik. Dengan demikian diharapkan ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan di tanah rantau dapat berguna bagi kemajuan tim nasional negaranya..

Untuk saat ini, mengirimkan pemain-pemain muda di klub Eropa memang sudah mulai di jalankan, akan tetapi jumlahnya masih sangat-sangat sedikit. Oleh karena itu masih butuh waktu lama untuk memetik hasilnya. Maka jalan yang paling mendasar, paling penting serta sangat krusial adalah membangun kompetisi tertinggi yang profesional, kompetitif, fair serta kondusif. Dan untuk hal yang satu ini saya yakin kita semua akan menganggukkan kepala tanda setuju..

Apa sih sebenarnya semangat dan hakekat kompetisi itu sendiri..?? Menurut hemat saya, semangat dan hakekat kompetisi itu sendiri adalah membuat sebuah iklim persaingan positif yang pada akhirnya akan menghasilkan siapa yang terbaik, siapa yang pantas bertahan dan siapa yang harus rela turun kasta. Menurut saya ini adalah pedoman dasar, karena tanpa menghasilkan tim juara, tim yang mampu bertahan dan tim yang harus terdegradasi, maka tensi dan kualitas kompetisi akan datar-datar saja dan tidak menarik sama sekali..

Nah disinilah menurut saya titik awal permasalahan yang sebenarnya. Setelah proses reformasi yang berjalan dengan sedemikian baik nya, maka tahap selanjutnya yang paling krusial adalah segera menjalankan roda kompetisi dengan baik. Dan disinilah bola salju itu mulai bergulir. Berawal dari jumlah kontestan yang direncanakan membengkak menjadi 36 tim dengan sistem 2 wilayah, kemudian dikurangi menjadi 24 tim dengan sistem 1 wilayah, apalagi di bumbui dengan proses verifikasi yang sekenanya serta penyusunan jadwal yang amburadul, pada akhirnya membuat tim-tim kontestan merasa sangat tidak puas dengan kinerja tim penyelenggara kompetisi yang baru..

Hal tersebut diperparah dengan bersikerasnya PSSI memasukkan nama 6 tim ke kasta tertinggi kompetisi di Indonesia. Tim-tim tersebut adalah Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persema Malang, PSMS dan Bontang FC. Untuk Persibo, PSM dan Persema seperti kita ketahui bersama musim kemarin di turunkan kastanya ke divisi utama karena memilih untuk boyongan keluar dari liga, sedang Persebaya  sendiri memang musim kemarin bermain di divisi utama dan pada akhirnya juga memilih bergabung dengan liga di luar PSSI..

Mengenai Persibo, Persema, PSM dan Persebaya PSSI berargumentasi bahwa hukuman mereka sudah diputihkan oleh EXCO PSSI. Nah dalam hal ini sebagai pemain, sejujurnya saya tidak begitu paham mengenai aturan keorganisasian beserta segala pernak-pernik yang mengatur didalamnya, oleh karena itu saya tidak ingin berkomentar lebih panjang lagi..

Dalam kasus ini yang paling membingungkan adalah, naiknya PSMS Medan yang oleh PSSI dinilai sebagai tim yang memiliki sejarah dan sumbangsih yang sangat besar kepada perkembangan sepakbola Indonesia. Serta yang terakhir Bontang FC yang dikembalikan oleh PSSI ke kasta tertinggi dengan alasan sebagai tim degradasi terbaik..

Dalam hal ini PSSI jelas mencederai hakekat dan semangat kompetisi seperti yang saya sampaikan di awal tadi. Karena di belahan dunia manapun (Tolong dikoreksi jika saya salah) tidak ada sebuah tim promosi ke kasta tertinggi hanya berdasarkan catatan sejarah kebesaran klub tersebut, apalagi tim yang berstatus tim degradasi terbaik. Jika tim yang berhasil bertahan setelah melalui tahapan play off mungkin masih dapat diterima, akan tetapi sebagai tim degradasi terbaik tentu hal ini juga akan sangat sulit untuk diterima akal sehat..

Hal inilah yang pada akhirnya membuat tim-tim kontestan kasta tertinggi kompetisi di Indonesia merasa tidak puas dan akhirnya memilih melanjutkan kompetisi Liga Super Indonesia sama seperti format musim yang lalu. Padahal jika kita tengok sedikit kebelakang, para penggagas dilanjutkannya Liga Super Indinesia sendiri adalah orang-orang yang setahun yang lalu juga ikut dalam gerakan mereformasi PSSI. Kebijakan-kebijakan yang salah kaprah inilah yang pada akhirnya menjadi pemicu kembali bergulirnya dualisme kompetisi di negeri ini..

Jikalau pada akhirnya PSSI menghukum tim-tim yang saat ini memilih bermain di Liga Super Indonesia, maka seyogyanya PSSI juga jangan mengampuni Persibo, Persema, Persebaya dan PSM yang musim kemarin mendapatkan hukuman karena melakukan hal yang sama. Karena ini dapat menjadi preseden buruk di kemudian hari, jika misalnya tahun iji PSSI mengampuni empat tim tersebut, maka bisa jadi tim-tim yang tahun ini di hukum bisa juga mengajukan pengampunan seperti yang di dapat Persibo, PSM, Persema dan Persebaya, dan dalam hal ini PSSI juga harus bersikap adil..

Dan jika tim-tim ISL yang tahun ini dihukum mendapatkan ampunan, maka di tahun-tahun kemudian jumlah kontestan kompetisi akan semakin membengkak, membengkak dan membengkak lagi. Sehingga pada akhirnya dengan jumlah kontestan yang melebihi kuota tentu imbasnya adalah jadwal kompetisi akan semakin padat, dan dengan jadwal kompetisi yang padat maka yang menjadi korban adalah kondisi fisik para pemain..

"Seandainya, Oh Seandainya". Jika saja PSSI tidak memaksakan naiknya 6 tim diatas dan melanjutkan gerbong Liga Super Indonesia yang lalu, walaupun mungkin harus mengganti nama liganya dengan apa saja dan mengganti semua pengurus Liga Super Indonesia musim kemarin dengan pengurus yang baru. Maka saya yakin jika saat ini kita tengah menjalani sebuah kompetisi yang Insya Allah profesional, kompetitif, fair serta kondusif seperti apa yang pengurus PSSI baru dengung-dengungkan selama ini..

Tidak akan ada lagi dualisme kompetisi yang membuat bingung serta muak para penikmat bola di negeri ini. Dengan begitu tidak akan ada juga cerita pemain dilarang bermain untuk tim nasional Indonesia, seperti yang dua sahabat saya keluhkan di paragraph awal artikel ini. Karena semua tim akan berkompetisi di dalam satu wadah, yaitu di bawah PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tertinggi di Republik Indonesia ini..

Akhir sekali, diatas segala perselisihan para elit pengurus sepakbola di tanah air kita tercinta ini, yang paling menjadi korban nantinya adalah para pelaku dilapangan yaitu pemain, pelatih, wasit serta perangkat pertandingan. Karena jika pada akhirnya persepakbolaan Indonesia ini benar-benar mati (Amit-Amit semoga saja tidak) maka mereka-mereka yang selama ini berseteru dapat saja kembali ke aktivitas keseharian mereka selain mengurus sepakbola, kembali menjadi pelaku bisnis, menjadi anggota DPR/MPR, menjadi walikota/bupati dan masih banyak lagi (Karena memang kebanyakan dari mereka mengurus sepakbola hanyalah kesibukan sampingan)..

Sedangkan para pelaku dilapangan seperti pemain, pelatih, wasit dan para perangkat pertandingan, mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka dan harus bersusah-payah untuk memulai lembaran hidup mereka yang baru. Inilah hal yang mungkin luput atau malah tidak terpikirkan sama sekali oleh bapak-bapak yang sedang berseteru diatas sana..